BAHAN BELAJAR
News Update
Loading...

Wednesday, December 6, 2023

CORETAN GURU


“MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER”


Karakter peserta didik memiliki peran krusial dalam membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga tangguh secara emosional dan moral. Pada usianya, peserta didik dilatih dan ditempa untuk menjadi seorang pribadi yang mampu berperilaku sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku. Sehingga mereka akan mampu beradaptasi dengan perubahan dan bersosialisasi dengan baik pada masa mendatang. 


Pengembangan karakter peserta didik bukanlah hal yang instan, melainkan merupakan hasil dari pengalaman, pembelajaran, dan keteladanan dari lingkungan sekitarnya, termasuk sekolah, keluarga, dan masyarakat. Upaya mendukung dan memfasilitasi pertumbuhan karakter yang positif pada peserta didik adalah bagian penting dari pendidikan yang holistik.


Beberapa alasan mengapa karakter peserta didik begitu penting adalah:

  1. Pandangan Hidup yang Positif: Karakter yang kuat membantu peserta didik mengembangkan pandangan hidup yang positif, memungkinkan mereka menghadapi tantangan dan kegagalan dengan keteguhan hati serta optimisme.

  2. Kemampuan Adaptasi: Dalam dunia yang terus berubah, karakter yang baik membantu peserta didik beradaptasi dengan berbagai situasi yang baru dan tidak terduga, baik di lingkungan akademis maupun kehidupan nyata.

  3. Kehidupan Sosial yang Berkualitas: Memiliki karakter yang baik membantu peserta didik dalam membangun hubungan sosial yang sehat, memahami emosi orang lain, dan bekerja sama dalam berbagai situasi.

  4. Kesuksesan Akademis dan Profesional: Siswa dengan karakter yang kuat cenderung memiliki motivasi tinggi untuk belajar, tangguh dalam menghadapi tantangan, dan memiliki sikap kerja keras yang mendukung kesuksesan di sekolah dan di tempat kerja nantinya.

  5. Pemberdayaan dalam Pengambilan Keputusan: Karakter yang baik membantu peserta didik dalam membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab, menghindari perilaku berisiko, serta memilih jalur yang positif dalam kehidupan mereka.


Bercermin dengan alasan tersebut, pengembangan karakter peserta didik salah satunya melalui kegiatan ekstrakurikuler merupakan aspek yang sangat penting dalam pendidikan holistik. Kegiatan di luar kurikulum sekolah menghadirkan platform yang unik untuk memperkuat nilai-nilai dan keterampilan yang tidak selalu bisa dipelajari di dalam kelas.


Pertama-tama, kegiatan ekstrakurikuler menawarkan kesempatan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka di luar bidang akademis. Inilah tempat di mana mereka dapat menemukan passion, mengasah keterampilan tertentu, dan menemukan identitas mereka di luar lingkup akademis yang mungkin kurang terlihat.


Selain itu, kegiatan ini membangun kemandirian dan inisiatif. Dalam lingkungan yang lebih santai dan terkadang lebih bebas, peserta didik diajak untuk mengambil tanggung jawab atas pilihan mereka sendiri, mengelola waktu mereka, dan menghadapi tantangan-tantangan yang muncul.


Kegiatan ekstrakurikuler juga merupakan laboratorium sosial yang luar biasa. Di sini, peserta didik belajar berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda, belajar menghargai keanekaragaman, dan mengasah keterampilan komunikasi dan kerjasama yang akan mereka butuhkan di kehidupan nyata.


Tak kalah pentingnya, kegiatan ini merangsang kreativitas dan inovasi. Mereka memberi ruang bagi peserta didik untuk berpikir di luar kotak, menemukan solusi baru, dan mengembangkan gagasan yang mungkin tidak tercakup dalam kurikulum akademis. 


Terakhir, melalui kegiatan ekstrakurikuler, peserta didik belajar untuk mengatasi kegagalan dan tumbuh dari pengalaman tersebut. Mereka dapat memperoleh rasa percaya diri yang lebih besar dan belajar bahwa kegagalan adalah bagian dari proses menuju kesuksesan.


Secara keseluruhan, kegiatan ekstrakurikuler bukan hanya tentang menciptakan siswa yang cerdas secara akademis, tapi juga menghasilkan individu yang tangguh, berwawasan luas, dan siap menghadapi tantangan di dunia nyata. Ini adalah bagian integral dari proses pendidikan yang merangkul pembelajaran di luar buku teks.


"Dengan budi pekerti, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berpribadi), yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri. Inilah manusia beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya." - Ki Hajar Dewantara.



PUISI "CERITA HUJAN"


Cerita Hujan



Pun hujan, selalu punya ceritanya sendiri

Pada tumpah airnya yang berderai-derai adalah rahasia

Mungkin tentang ragu,

Mungkin pula tentang pilu


Hujan, selalu punya ceritanya sendiri

Dalam riuh gemerisiknya yang bertubi-tubi adalah sepi

Mungkin caranya biar nampak,

Mungkin ia hanya butuh didekap


Pun aku,

Untukku, hujan adalah jawaban

Atas segala lelah yang lama ini berteman

Ia menghapus segala penat, sembunyikan jendelaku yang basah oleh air mata

Samarkan keringat yang membanjir membasahi pelipis, lalu terbebas ke setiap penjuru


Ia menghadiahkan aku jeda

Untuk menghela napas,

Untuk menyeka gerah,

Agar cukup bagiku waktu untuk mereka ulang, apa aku, apa mauku

Apa yang ku cari pada laju langkahku

Atau paling tidak, kemana kaki akan membawaku pulang dan berlalu



Puisi oleh Hanna Aryani (Penulis Ontologi Puisi "Seloroh Rembang Petang dan Segenggam Rindu")

PUISI "SAJADAH UNGU"


SAJADAH UNGU
by. Hanna Aryani



'Bolehkah kurengkuh namamu dalam doaku?’ tanyamu suatu ketika

Aku terkesiap
Ku tatap binar-binar harap pada netramu
Sarat makna,
Menghanyutkanku ke dalam arus lembut bernama kenangan

Kala itu,
Kala terik matahri menggerus tandus
Terlihat sisa titik-itik air di dahimu
Sedikit basah juga menggantung di sudut-sudut senyummu

Kau berlalu di depanku
Aku ingat, saat ku tatap punggungmu yang perlahan menjauh,
Entah apa yang membuatku terpaku
Seperti ada yang terketuk.

Ah, bukan…
Tetapi ada yang mengetuk
Mungkin, suara lirih selipahmu yang beradu merdu,
Atau magis sajadah ungu yang tersampir mesra di bahumu
Lalu di dalam kalbu, ku simpan setetes asa
padaNya, Sang Mahacinta dan senja.

Tuesday, December 5, 2023

Friday, June 7, 2013

Konsekuensi Inovasi


PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Difusi inovasi merupakan langkah cerdas pemanfaatan jaringan sosial di masyarakat untuk selanjutnya terjadi adopsi inovasi sebagaimana yang dikehendaki oleh inovator. Inovasi dan perubahan merupakan dua kata yang tak terpisahkan. Dalam setiap inovasi terjadi perubahan, namun tidak semua perubahan disebut inovasi. Rogers (1983 : 11) menjelaskan, inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau objek benda yang dipandang baru oleh seseorang atau kelompok adopter lain.
Penerapan inovasi dan teknologi pada media belajar dan mengajar menjangkau area yang lebih sempit, yaitu merujuk pada penyelenggaraan proses pendidikan berupa proses belajar mengajar di sekolah, Penerapan yang dilakukan adalah elaborasi hasil teknologi sebagai media belajar di sekolah, misalnya Computer Assisted Instruction (CAI), alat-alat canggih berupa audio visual, alat-alat permainan edukatif atau media cetak berupa buku-buku, serta pengadaan alat-alat laboratorium yang berkualitas.
Suatu inovasi akan melahirkan konsekuensi.  Dalam dunia pendidikan Inovasi adalah hal yang mutlak dilakukan karena tanpa inovasi akan terjadi kemandekan pada dunia pendidikan yang kemudian berimbas pada pada elemen-elemen kehidupan yang lain seperti politik, ekonomi, sosial dan lain-lain.
Sistem sosial terlibat secara langsung dalam proses keputusan inovasi  kolektif, otoritas dan kontingen dan mungkin tidak secara langsung terlibat dalam keputusan inovasi. Pada makalah ini akan membahas pengaruh sistem sosial dalam proses difusi, yaitu konsekuensi inovasi.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam konsekuensi inovasi pendidikan sebagai berikut:
a)      Pengertian konsekuensi inovasi
b)      Klasifikasi konsekuensi
c)      Konsekuensi inovasi dalam bidang pendidikan
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
a)      Untuk mengetahui pengertian konsekuensi inovasi.
b)      Untuk mengetahui penjelasan tentang klasifikasi konsekuensi.
c)      Untuk mengetahui konsekuensi inovasi dalam pendidikan.



























PEMBAHASAN

Suatu inovasi akan melahirkan konsekuensi.  Dalam dunia pendidikan Inovasi adalah hal yang mutlak dilakukan karena tanpa inovasi akan terjadi kemandekan pada dunia pendidikan yang kemudian berimbas pada pada elemen-elemen kehidupan yang lain seperti politik, ekonomi, sosial dan lain-lain. Sistem sosial terlibat secara langsung dalam proses keputusan inovasi  kolektif, otoritas dan kontingen dan mungkin tidak secara langsung terlibat dalam keputusan inovasi.
Konsekuensi inovasi adalah suatu dampak yang mengikuti proses adopsi suatu inovasi (Purwanto, 105:2000). Dalam mempekirakan konsekuensi atau akibat dari inovasi adalah pekerjaan sulit. Ide-ide baru di masyarakat seringkali diterima berdasar kepercayaan atau keyakinan bukannya berdasarkan alasan-alasan rasional atas dasar pertimbangan tentang konsekuensinya. Akibatnya telah dapat diduga, bahwa walaupun banyak inovasi dalam berbagai bidang telah diupayakan, tetapi hanya sedikit terjadi perubahan. Banyak ide-ide baru yang dipromosikan dan diadopsi, tetapi pembaharuan atau perbaikan di berbagai bidang tetap belum nampak hasilnya. Banyak inovasi di masyarakat memilki tingkat keuntungan relatif yang rendah. Meskipun inovasi demikian diadopsi oleh banyak  orang, namun kemudian ditinggalkan.
Penyebarluasan inovasi biasanya didasarkan asumsi bahwa konsekuensi atau akibat inovasi itu akan positif. Para agen pembaharuan berasumsi bahwa inovasi itu merupakan kebutuhan klien atau masyarakat, oleh karena itu penyebarluasan atau diseminasinya dianggap sebagai hal yang wajar, dan ia menaruh harapan bahwa difusinya akan berhasil.

A.    Klasifikasi Konsekuensi Inovasi
Konsekuensi adalah perubahan yang terjadi pada individu atau sistem sosial sebagai akibat dari mengadopsi atau menolak suatu inovasi. Terdapat tiga klasifikasi dari konsekuensi, masing-masing klasifikasi tersebut merupakan suatu kontinum yang memiliki dua kutub berlawanan. Klasifikasi berbagai konsekuensi inovasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

 









1.      Konsekuensi diharapkan dan tidak diharapkan
Konsekuensi yang diharapkan adalah suatu inovasi mempunyai pengaruh fungsional sesuai dengan keinginan individu atau sistem sosial. Sedangkan konsekuensi yang tidak diharapkan adalah suatu dampak yang timbul padahal hal tersebut tidak dikehendaki.
Konsekuensi fungsional adalah akibat-akibat dari penyebaran suatu inovasi dalam suatu sistem sosial yang sesuai dengan keinginan dari pengadopsi. Akibat-akibat itu memiliki konotasi yang positif. Sebaliknya konsekuensi disfungsional adalah akibat-akibat dari pengadopsian inovasi yang tidak diinginkan oleh pengadopsi.
2.      Konsekuensi langsung dan tidak langsung
Konsekuensi langsung adalah suatu inovasi mempunyai pengaruh yang segera terhadap individu atau suatu sistem sosial, sedangkan konsekuensi tidak langsung adalah inovasi yang memberikan pengaruh yang tidak segera.Konsekuensi langsung suatu inovasi menghasilkan perubahan-perubahan sistem sosial  yang terjadi  sebagai respon segera penyebaran suatu inovasi.
Konsekuensi tidak langsung adalah perubahan-perubahan dalam sistem sosial yang terjadi sebagai hasil konsekuensi langsung suatu inovasi yang masih memerlukan upaya tambahan dan prosesnya masih memerlukan waktu yang lebih lama.
Konsekuensi langsung sebuah inovasi merupakan perubahan pada individu atau sistem sosial yang terjadi secara langsung dari sebuah inovasi. Sedangan konsekuensi atau akibat tidak langsung merupakan perubahan pada individu atau sistem sosial yang terjadi sebagai hasil dari konsekuensi langsung suatu inovasi.
3.      Konsekuensi diantisipasi dan tidak diantisipasi
Konsekuensi yang diantisipasi adalah konsekuensi yang telah diperkirakan sebelumnya, sedangkan konsekuensi yang tidak diantisipasi adalah dampak ikutan yang muncul kemudian setelah adopsi atau menolak inovasi. Konsekuensi yang tidak diantisipasi bisa bersifat positif, bisa pula bersifat negatif. Konsekuensi ini juga disebut sebagai konsekuensi yang nampak dan yang latent.
Konsekuensi yang nampak adalah perubahan-perubahan yang terlihat dan dikehendaki oleh anggota sistem sosial yang mengadopsi suatu inovasi. Contoh yang tanpak dari suatu pengadopsian suatu inovasi misalnya : adanya pengembangan keterampilan kerja baru bagi orang yang menerapkan  penggunaan  gergaji mesin untuk memotong kayu. Sedangkan konsekuensi yang latent adalah perubahan-perubahan yang tidak tampak dan tidak dikehendaki oleh anggota suatu sistem sosial. Semakin maju dan modern suatu inovasi, akan semakin banyak pula menghasilkan konsekuensi baik konsekuensi yang nampak maupun yang tidak tampak.
Konsekuensi yang terantisipasi merupakan perubahan yang berkenaan dengan inovasi yang diketahui dan diingingkan atau dimaksud oleh para anggota sistem sosial. Konsekuensi yang tidak terantisipasi merupakan perubahan dari sebuah inovasi yang tidak diketahui dan diinginkan atau dimaksud oleh para anggota sistem sosial.

B.     Mengantisipasi berbagai Konsekuensi Inovasi
Suatu peubahan sosial terjadi melalui proses mulai dari penemuan, penyebaran, dan akibat atau konsekuensi. Meskipun masalah inovasi penting, tetapi ternyata penelitian tentang akibat-akibat inovasi ini masih sedikit sekali, meneliti apalagi memperkirakan konsekuensi atau akibat inovasi termasuk pekerjaan yang sulit. Meskipun sulit bukan berarti hal itu tidak mungkin dilakukan, hanya saja untuk melakukannya diperlukan keterampilan, ketekunan, dan kerja keras.
Ide-ide baru di masyarakat seringkali diterima berdasar kepercayaan atau keyakinan dan bukannya berdasarkan atas alasan-alasan rasional atas dasar pertimbangan tentang konsekuensinya. Akibatnya telah dapat diduga, bahwa walaupun banyak inovasi dalam berbagai bidang telah diupayakan, tetapi hanya sedikit terjadi perubahan kearah yang positif. Banyak ide-ide baru yang dipromosikan dan diadopsi, tetapi pembaharuan atau perbaikan di berbagai bidang tetap belum nampak hasilnya, atau justru merugikan. Kebanyakan inovasi itu hanya aneh-aneh dan mengada-ada, dan setelah pengadopsiannya meluas, timbul kesulitan dalam mengukur pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas kehidupan di masyarakat. Banyak inovasi di masyarakat memiliki tingkat keuntungan yang relatif rendah. Meskipun inovasi demikian diadopsi oleh orang banyak, namun kemudian biasanya segera ditinggalkan setelah masyarakat menyadari pengaruh negatifnya.
Pada umumnya penyebarluasan suatu inovasi didasarkan pada asumsi bahwa konsekuensi atau akibat inovasi itu akan positif. Para agen pembaharuan berasumsi bahwa inovasi itu merupakan kebutuhan klien, karena itu penyebarluasan atau diseminasinya adalah dianggap sebagai hal yang wajar atau bahkan keharusan. Agen pembaharuan mengharapkan pemasyarakatan ide baru yang dilakukannya akan berhasil. Mereka umumnya berharap bahwa konsekuensi inovai itu terjadi dalam jangka waktu yang sesegera mungkin, dan dengan hasil nyata.
1.      Mengantisipasi Konsekuensi yang Tidak Diharapkan/disfungsional
Apabila inovasi membawa konsekuensi fungsional maka akibat-akibat dari penyebaran suatu inovasi dalam suatu sistem sosial yang sesuai dengan keinginan dari pengadopsi. Akibat-akibat yang dirasakan dari adopsi inovasi tersebut memiliki konotasi yang positif, menguntungkan atau berguna. Sebaliknya konsekuensi disfungsional adalah akibat-akibat dari pengadopsian inovasi yang tidak diinginkan oleh pengadopsi.
Konsekuensi disfungsional, perlu diantisipasi sebelum terjadi. Apabila setelah beberapa waktu kemudian sesuatu inovasi dapat dirasakan akibatnya yang negatif maka pihak inovator perlu segera memperoleh masukan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya. Biasanya diperlukan suatu penelitian yang cermat utnuk memperoleh bahan masukan untuk membuat keputusan terus atau tidaknya kegiatan difusi.
2.      Mengantisipasi Konsekuensi yang Tidak Langsung
Konsekuensi langsung adalah perubahan-perubahan dalam sistem sosial yang terjadi sebagai respon segera setelah penyebaran suatu inovasi. Konsekuensi tak langsung adalah perubahan-perubahan dalam sistem sosial yang terjadi sebagai hasil konsekuensi tak langsung atau tidak segera terjadi setelah suatu inovasi diadopsi.
Suatu hal yang terpenting disadari oleh inovator dan agen pembaharuan adalah bahwa sebelum semua dampak jangka panjang dari suatu inovasi terjadi, semuanya telah dikaji, diteliti, dan disiapkan solusi atau jalan keluarnya.
3.      Mengantisipasi Konsekuensi yang Tidak Dapat Diantisipasi
Konsekuensi ada yang nampak nyata dan ada pula yang tidak segera nampak. Konsekuensi yang nampak atau “manifest” adalah perubahan-perubahan yang telihat dan dikehendaki oleh anggota sistem sosial yang mengadopsi suatu inovasi.
Semakin penting, semakin maju, dan semakin modern suatu inovasi, akan semakin banyak menghasilkan konsekuensi, sebagian adalah konsekuensi yang tampak (nyata) dan sebagian lagi yang tidak nampak. Di dalam suatu sistem sosial terjadinya suatu perubahan pada suatu bidang akan mempengaruhi keseluruhan komponen sistem sosial tersebut. Suatu inovasi yang canggih dalam suatu bidang tak lagi akan membawa dampak atau konsekuensi yang akan mempengaruhi bidang-bidang yang lain dalam sistem sosial tersebut.

C.    Bentuk, Fungsi dan Arti suatu Inovasi
Berbagai konsekuensi inovasi yang diharapkan, langsung, dan diantisipasi pada umumnya terjadi secara bersamaan, dengan konsekuensi atau akibat yang tidak harapkan, tidak langsung, dan tidak diantisipasi. Rogers dalam Ibrahim (1988), mengemukakan bahwa kesalahan yang biasa dilakukan oleh agen pembaharu ialah mereka hanya dapat mengantisipasi bentuk dan fungsi dari suatu inovasi, tetapi tidak dapat mengantisipasi arti inovasi bagi sasaran penerima inovasi. Sebagai contoh, kisah mengenai kapak baja mengilustrasikan tiga intrinsik elemen inovasi :
·         Bentuk dari inovasi, ialah wujud perubahan yang tampak (dapat diamati) sebagai perwujudan dari substansi inovasi. Misalnya Missionaris dan juga masyarakat Yir Yoront tahu betuk bentuk benda yang baru dikenalkan yaitu kapak dari baja, mungkin karena kebetulan bentuknya hampir sama dengan kapak batu yang telah dikenal
·         Fungsi dari inovasi, ialah sumbangan atau manfaat dari inovasi bagi kehidupan. Atau kontribusi yang diciptakan oleh suatu inovasi pada cara hidup para anggota sistem sosial. Misalnya suku Yir Yoront akan segera tahu bahwa kapak baja gunanya sebagai alat pemotong, yang digunakan dalam pelaksanaan tugas sehari – hari dalam kehidupannya sebagaimana guna dari kapak batu.
·         Arti atau makna dari inovasi, ialah persepsi inovasi yang subjektif dan tidak disadari oleh penerima inovasi (anggota sistem sosial). Para agen perubahan lebih mudah dapat mengantisipasi bentuk dan fungsi suatu inovasi untuk para kliennya dari pada arti atau makna. Misalnya suatu penerimaan kebudayaan akan timbul makna baru dan mungkin hanya memiliki sedikit kaitan dengan elemen yang sama dengan kebudayaan aslinya.

D.    Mencapai (Equilibrium)Keseimbangan Dinamis
Terkait dengan keseimbangan suatu sistem sosial ketika inovasi akan dan sudah diadopsi dapat diklasifikasikan tiga jenis ekuilibrium:
1)      Stable equilibrium(keseimbangan yang stabil) , yakni ketika hampir sama sekali tidak ada perubahan dalam struktur atau fungsi suatu sistem sosial. Dalam hal ini, keseimbangan struktural maupun fungsional ketika inovasi diadopsi hampir sama dengan sebelum diadopsi. Ekuilibrium ini umpamanya ditemukan ketika inovasi dilakukan dengan sangat lambat, dengan tingkat massiveness yang rendah atau tidak terjadi sama sekali.
2)      Dynamic equilibrium(keseimbangan dinamis) yakni ketika kecepatan atau kadar difusi dan adopsi inovasi melahirkan perubahan yang seimbang secara struktural dan fungsional atau seiring dengan kemampuan suatu sistem sosial untuk beradaptasi. Ekuilibrium dinamis ini, oleh karena itu, merupakan hal yang menjadi patokan bagi change agents dalam melakukan difusi inovasi.
3)      Disequilibrium(ketidakseimbangan), bahwa inovasi menyebabkan perubahan yang terlalu cepat sehingga sistem sosial tidak mampu menyesuaikan diri baik secara struktural maupun fungsional (beradaptasi). Dalam hal ini, inovasi bisa melahirkan disorganisasi sosial dan pada gilirannya lebih menyulitkan terjadinya perubahan sosial.

Sebagai paradigma pembangunan yang dominan yang mulai dipertanyakan pada awal 1970 an, dan berbagai macam alternatif paradigma pembangunan tersebut diungkapkan, pentingnya keseimbangan sebagaimana pentingnya konsekuensi dari berbagai aktivitas difusi mulai direalisasikan. Pertama tujuan dari program difusi adalah menciptakan sesuatu yang baik dalam sebuah sistem; namun yang kedua dimensi dari sebuah konsekuensi apakah distribusi yang baik diantara para anggota sistem menjadi lebih seimbang atau kurang seimbang. Berbagai konsekuensi pengadopsian inovasi biasanya cenderung memperluas kesenjangan sosial ekonomi antara yang lebih awal mengadopsi dan lamban mengadosi berbagai katagori dalam suatu sistem. Selanjutnya, berbagai konsekuensi dari pengadopsian inovasi cenderung memperluas kesenjangan sosial ekonomi antara orang yang sebelumnya berada dalam status sosial ekonomi yang tinggi dan orang yang status sosial ekonominy rendah.
Struktur sistem sosial secara terpisah menentukan seimbang versus tidak seimbang dari sebuah konsekuensi inovasi. Ketika sebuah struktur sistem dalam keadaan yang begitu tidak seimbang, konsekuensi dari suatu inovasi (terutama jika inovasi tersebut berkenaan dengan biaya yang tinggi) akan membawa keadaan yang sangat tidak seimbang dalam bentuk kensenjangan sosial ekonomi yang lebih luas.
Strategi apakah yang dapat dipakai untuk memperkecil kesenjangan ? jawabannya tergantung pada tiga alasan utama mengapa kesenjangan sosial ekonomi meluas sebagai konsekuensi dari inovasi : (1) “yang di atas” memiliki akses informasi yang lebih banyak untuk menciptakan kesadaran mengenai inovasi; (2) mereka memiliki akses informasi yang lebih banyak mengenai evalasi inovasi dari teman sejawat; dan (3) “yang di atas” memiliki kurang lebih sumber daya untuk mengadopsi inovasi dari pada yang “di bawah.”
Ketika upaya-upaya yang khusus diciptakan oleh seorang agen difusi, hal tersebut mungkin untuk memperkecil, atau paling sedikit tidak memperluas, kesenjangan sosial ekonomi dalam sistem sosial. Dengan kata lain, berbagai kesenjangan yang melebar tidak terjadi.Satu peranan penting untuk penelitian difusi dimasa mendatang adalah mengungkapkan berbagai strategi yang lebih efektif untuk menciptakan keseimbangan diantara para anggota sistem sosial. Hal ini baru, sulit dan peranan yang menjanjikan untuk orang-orang yang mempelajari difusi.

E.     Kesetaraan dalam Konsekuensi Inovasi
Umumnya salah satu cara yang dilakukan oleh agen perubahan dalam membentuk konsekuensi inovasi adalah dengan saling bekerjasama. Jika agen perubahan menghubungi orang yang lebih miskin dan berpendidikan rendah di masyarakat dari pada orang kaya, tentunya suatu inovasi akan lebih berarti/bermakna. Namun terkadang, biasanya agen perubahan lebih banyak menghubungi orang yang berpendidikan, memiliki status sosial yang tinggi di masyarakat, dengan demikian hal tersebut cenderung untuk memperluas kesenjangan sosial ekonomi melalui inovasi-inovasi yang mereka memperkenalkan.
Difusi dan inovasi secara umum menyebabkan dalamnya  tingkat kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat. Meningkatnya ketidaksetaraan dalam konsekuensi inovasi disebabkan karena :
1.      Inovator dan pengadopsi awal memiliki sikap yang menguntungkan terhadap ide-ide baru dan mereka lebih cenderung mencari inovasi-inovasi secara aktif. Mereka juga memiliki sumber daya yang tersedia untuk menerapkan inovasi biaya yang lebih tinggi, sedangkan pengadopsi yang lain tidak.
2.      Agen-agen pembaharu professional cenderung memusatkan perhatian mereka pada kontak-kontak klien mereka pada innovator dan adopter awal dengan harapan bahwa pemimpin opini diantara katagori yang mengadopsi akan menyampaikan gagasan baru yang telah mereka ketahui kepada para pengikut mereka dengan proses yang merambat kebawah.
3.       Dengan mengadopsi inovasi relatif lebih awal daripada orang lain dalam sistem sosial, inovator dan pengadopsi awal memperoleh keuntungan, sehingga memperluas kesenjangan sosial-ekonomi antar kelompok sebelum mengadopsi. Jadi pengadopsi awal menjadi semakin kaya, bila dibandingkan dengan adaptor yang lainya.

F.     Konsekuensi Inovasi dalam Bidang Pendidikan
Penerapan inovasi dan teknologi pendidikan di Indonesia sudah cukup berkembang. Dalam bentuk sistem pendidikan, inovasi dan teknologi pada tataran ini menjangkau area kebijakan penyelenggaraan proses pendidikan.  Contoh dari pemanfaatan inovasi dan teknologi pelaksanaan sistem Cara Belajar Pelajar Aktif (CBSA), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), atau penambahan jam belajar di sekolah dan sekarang yang akan memasuki kurikulum terbaru 2013. Pada tataran ini inovasi dan teknologi diterapkan secara massal karena mengarah pada sistem.
Penerapan inovasi dan teknologi pada media belajar dan mengajar menjangkau area yang lebih sempit, yaitu merujuk pada penyelenggaraan proses pendidikan berupa proses belajar mengajar di sekolah. Penerapan yang dilakukan adalah elaborasi hasil teknologi sebagai media belajar di sekolah, misalnya Computer Assisted Instruction (CAI), alat-alat canggih berupa audio visual, alat-alat permainan edukatif atau media cetak berupa buku-buku, serta pengadaan alat-alat laboratorium yang berkualitas.
Salah satu contoh konsekuensi inovasi dalam pendidikan adalah pemanfaatan sarana teknokogi informasi dalam bidang pendidikan. Ketika segelintir sekolah sudah masuk arena persaingan global dengan memanfaatkan inovasi teknologi, sebagian besar sekolah di Indonesia justru masih amat jauh dari akses teknologi informasi. Prasarana komputer di kebanyakan sekolah masih amat minim bahkan tidak ada. Guru-guru pun masih belum mempunyai kesempatan atau keberanian untuk menggunakan teknologi komputer dan internet. Tentu saja kesenjangan dalam aksebilitas antara siswa-siswa dari sekolah mampu dengan siswa-siswa dari sekolah miskin akan mengarah kepada persaingan yang tidak seimbang antara anak-anak bangsa. Sekali lagi, tarik ulur antara keunggulan dan pemerataan merupakan isu serius dalam penyusunan kebijakan pendidikan dan perencanaan anggaran pendidikan.
Implikasi lain dari inovasi teknologi adalah batasan antara pendidikan formal, informal, dan nonformal secara nyata akan menjadi kabur. Secara positif, ada amat banyak situs yang menawarkan program atau modul pembelajaran yang bisa diakses anak dengan mudah. Ruang belajar anak tidak lagi dibatasi empat dinding ruang kelas. Proses pembelajaran di dunia maya yang kadang juga dimanfaatkan di segelintir sekolah tidak mengenal batasan formal dan nonformal. Beberapa situs menyajikan program amat bermutu bagi pengembangan berbagai kompetensi anak.
Sebaliknya, ketika anak sudah bisa mengakses dunia maya, segala yang ada di situ akan bisa diakses anak termasuk situs-situs yang tidak sesuai dan bisa merusak anak. Padahal tidak banyak guru dan orang tua yang menguasai teknologi informasi cukup baik atau tidak punya cukup waktu untuk bisa mendampingi anak dan memberi pengarahan dalam penjelajahan ke dunia maya. Akibatnya, anak-anak menjadi rentan terhadap berbagai dampak negatif dari penyalahgunaan teknologi informasi.
Perubahan kurikulum atau metode pembelajaran yang terintegrasi dengan  Teknologi Informasi & Komunikasi dapat menjadi alternatif menjembatani guru dan siswa untuk lebih ramah dan sehat memanfaatkan teknologi.Namun pada kenyataannya, tidak selalu inovasi dapat diterima. Beberapa kasus menunjukkan pelaksana inovasi cenderung resisten terhadap inovasi.
Ada beberapa hal mengapa inovasi sering ditolak atau tidak dapat diterima oleh para pelaksana inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut:
1)      Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan, penciptaan dan bahkan pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide baru atau inovasi tersebut dianggap oleh guru atau sekolah bukan miliknya, dan merupakan kepunyaan orang lain yang tidak perlu dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi sekolah mereka.
2)      Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat sekarang, karena sistem atau metode tersebut sudah mereka laksanakan bertahun-tahun dan tidak ingin diubah. Disamping itu sistem yang mereka miliki dianggap oleh mereka memberikan rasa aman atau kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran mereka Hal senada diungkapkan pula Day dkk (1987) dimana guru tetap mempertahankan sistem yang ada.
3)      Inovasi yang baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (khususnya Depdiknas) belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa. Hal ini juga diungkapkan oleh Munro (1987:36) yang mengatakan bahwa "mismatch between teacher's intention and practice is important barrier to the success of the innovatory program".
4)      Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat merupakan kecenderungan sebuah proyek dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi dari pusat. Inovasi ini bisa terhenti kalau proyek itu selesai atau kalau finasial dan keuangannya sudah tidak ada lagi. Dengan demikian pihak sekolah atau guru hanya terpaksa melakukan perubahan sesuai dengan kehendak para inovator di pusat dan tidak punya wewenang untuk merubahnya.
5)      Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan sekolah atau guru melaksanakan keinginan pusat, yang belum tentu sesuai dengan kemauan mereka dan situasi sekolah mereka.











PENUTUP
Kesimpulan
Konsekuensi adalah perubahan yang terjadi pada individu atau suatu sistem sosial sebagai hasil pengadopsian atau penolakan terhadap suatu inovasi. Konseksuensi dari pengadopsian sebuah inovasi yaitu berupa invensi (pembaharuan) dan difusi (perubahan) yang menjadi tujuan yang ingin dicapai. Ditinjau dari hasil inovasi yang diperoleh atau yang tampak dalam sistem sosial, konsekuensi inovasi dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu: Konsekuensi diharapkan dan tidak diharapkan, Konsekuensi langsung dan tidak langsung dan Konsekuensi diantisipasi dan tidak diantisipasi.
Salah satu contoh konsekuensi inovasi dalam pendidikan adalah pemanfaatan sarana teknokogi informasi dalam bidang pendidikan. Implikasi lain dari inovasi teknologi adalah batasan antara pendidikan formal, informal, dan nonformal secara nyata akan menjadi kabur. Secara positif, ada amat banyak situs yang menawarkan program atau modul pembelajaran yang bisa diakses anak dengan mudah. Ruang belajar anak tidak lagi dibatasi empat dinding ruang kelas. Proses pembelajaran di dunia maya  yang kadang juga dimanfaatkan di segelintir sekolah tidak mengenal batasan formal dan nonformal. Beberapa situs menyajikan program amat bermutu bagi pengembangan berbagai kompetensi anak.
Sebaliknya, ketika anak sudah bisa mengakses dunia maya, segala yang ada di situ akan bisa diakses anak termasuk situs-situs yang tidak sesuai dan bisa merusak anak. Padahal tidak banyak guru dan orang tua yang menguasai teknologi informasi cukup baik atau tidak punya cukup waktu untuk bisa mendampingi anak dan memberi pengarahan dalam penjelajahan ke dunia maya. Akibatnya, anak-anak menjadi rentan terhadap berbagai dampak negatif dari penyalahgunaan teknologi informasi.






DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim. (1988) Inovasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Dirjendikti
Purwanto, 2000. Difusi Inovasi. Jakarta : STIA-LAN



Featured

[Featured][recentbylabel2]

Featured

[Featured][recentbylabel2]
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done